FOR MORE ANOTHER NOVEL, SYNOPSIS, BOOK'S, EDITING AND BLOGS

Monday, April 21, 2008

Insearch of Fatima by Ghada Karmi

Suatu hari di tahun 1948, di sebuah kota bernama Tulkarm, Palestina. Sekitar 5 anggota keluarga terlihat amat sibuk mengemas barang-barang dan bergegas menuju mobil yang berada di halaman rumah mereka, yang akan dinaikinya. Tampak rona kapanikan di setiap wajah mereka, bercampur dengan aroma ketegangan. Seakan ada sebuah keadaan darurat, yang menuntut mereka untuk sesegera mungkin pergi, dan menuju tempat tertentu. Tak lama, mobil tua yang ditumpangi itu meluncur cepat, secepat rasa takut yang menghinggapi penumpangnya. Di dalam mobil, seorang bocah perempuan tampak menangis sedih sembari menoleh ke arah seorang perempuan yang berdiri di depan rumah yang ditinggalkan, tak ikut dalam rombongan tersebut. Ada kesedihan mendalam yang dipendam keduanya, dari takdir perpisahan itu.

Si bocah kecil adalah Ghada Karmi, penulis buku ini. Adapun wanita yang ditinggalkan bernama Fatima, nama yang menjadi inspirasi judul buku ini. Fatima bukanlah ibu Karmi, atau juga sanak familinya. Ia hanyalah seorang pembantu, merangkap sebagai pengasuh, di keluarga besar Karmi. Namun tidak sesederhana itu bagi Karmi. Ada relasi khusus nun kuat yang terjalin antara dirinya dengan Fatima. Lebih kuat dari pertalian psikisnya dengan sang ibu sendiri. Bahkan, Fatima berhasil menempati ruang kosong yang ditinggalkan ibu Karmi, disebabkan kesibukannya dalam menjalin relasi sosial dengan kawan wanitanya di luar rumah.

Penggalan cerita diatas adalah saat dimana keluarga Karmi harus mengungsi ke Damaskus, Suriah, disebabkan kondisi politik dan keamanan Palestina yang semakin tidak stabil akibat serangan sebuah ‘kelompok', pada tahun 1948, yang akhirnya berhasil membentuk sebuah negara bernama Israel. Awalnya, dipastikan bahwa eksodus ke Suriah tidak akan lama. Maka dari itu, Fatima tak ikut serta dan lebih memilih untuk menjaga rumah. Tapi keadaan berkata lain. Jutru di Damaskus lah keluarga Karmi tak tinggal lama, karena tak beberapa lama kemudian mereka eksodus ke sebuah negeri yang lebih jauh, Inggris. Di negeri inilah, mereka tinggal selamanya, menjadi bagian dari warga Palestina yang keluar (terusir) dari negaranya sebagai korban perang Arab-Israel.

Buku ini ditulis oleh Karmi sendiri. Berbentuk sebuah memoar, dalam buku ini Karmi menceritakan jalan hidup yang dilaluinya sebagai seorang Palestina yang ‘menumpang' di negeri orang. Aneka persoalan dihadapinya. Mulai dari problem sosial, ekonomi, budaya hingga yang paling pelik, menyangkut masalah identitas. Tinggal di Inggris, namun hadir sebagai seorang Palestina, bukanlah sebuah kondisi yang mudah untuk dijalani. Ada sebuah pergulatan identitas di sini. Meleburkan sepenuhnya eksistensi diri sebagai orang Inggris, atau tetap mempertahankan jati diri ke-Palestina-annya? Belum lagi keterpecahan kultural yang dihadapinya: antara budaya Palestina yang tetap menjadi tradisi kuat keluarga dengan kultur Eropa yang menjadi pemandangan keseharian Karmi tatkala menjalin relasi sosial. Problematika ini menjadi semakin pelik tatkala isu agama juga meruak ke permukaan. Salah satu problem akut yang dihadapi Karmi adalah tatkala ia memutuskan untuk menikah dengan seorang lelaki ‘bukan Palestina'. Seluruh elemen keluarga menentang. Terutama ibu Karmi. Ini salah satu bentuk benturan sosial-kultural yang dihadapi Karmi, yang dikisahkannya secara menarik dalam bukunya ini.

Demikian juga menyangkut aspek keagamaan, sebuah isu yang menjadi sentral dalam kontek konflik antara Israel (Yahudi) dan Palestina (Islam). Di London, Karmi merasakan adanya stigma kuat terkait dengan hal itu. Konflik di tanah airnya, acapkali terbawa dan menular pada jalinan relasinya dengan beberapa kawan Yahudinya. Namun uniknya, Karmi juga memiliki seorang kawan karib yang juga menganut Yahudi. Karmi seakan hendak menegaskan bahwa pada dasarnya perbedaan agama bukanlah sebuah persoalan. Sang penganutnyalah yang menjadikan itu problem dan pisau pemecah belah.

Secara khusus, buku ini merupakan potret kehidupan sebuah keluarga Palestina yang terpaksa eksodus keluar negaranya, pada detik-detik berdirinya negara Israel. Fenomena ini umum dialami ribuan keluarga Palestina pada tahun 1948 an. Kisah yang dituangkan Karmi dalam bukunya ini, merupakan representasi perjalanan hidup banyak keluarga Palestina yang eksodus ke negara Eropa, dengan aneka ragam lika-liku hidup yang dilaluinya. Berpuluh tahun mereka meninggalkan tanah airnya, bahkan hingga turun temurun. Terjadi proses akulturasi budaya disini. Mereka tumbuh menjadi seorang dengan karakter hasil perpaduan antara jati diri Palestinanya, dan pengaruh kuat Inggris. Jadilah mereka seorang “Palestina-Inggris”.

Kembali ke persoalan Fatima. Walaupun menjadi tema sentral judul buku ini, namun secara umum buku ini tidaklah menonjolkan sosok Fatima secara dominan. Kita dapt menemukan pemaparan sosoknya pada beberap bab awal dan akhir buku ini. Fatima digambarkan sebagai representasi wanita ideal Palestina, dengan berbagai kekhasan personalitas yang menjadi karakternya: penyayang, budiman, elok, dingin, namun memendam kekuatan personal yang dahsyat sebagai seorang perempuan. Fatima mampu untuk tetap tegar di tengah kondisi negerinya yang dirundung perang. Sebagai seorang pengasuh, menjaga keselamatan Karmi dan para saudaranya, menjadi prioritas utama Fatima. Itulah yang membuat Fatima demikian spesial di hati Karmi, melebihi posisi ibunya sendiri.

Walaupun diwujudkan dalam sosok Fatima, kita akhirnya akan tahu bahwa perempuan itu merupakan simbolisasi Karmi atas negeri tanah tumpah darahnya, Palestina. Fatima adalah Palestina itu sendiri dengan aneka ragam karakterisitik yang dimilikinya. Kerinduan Karmi pada Fatima yang terakhir kali dilihatnya dari kaca jendela mobil tua, mensimbolisasikan rasa rindunya yang mendalam pada negeri Palestina yang tak pernah dilihatnya sejak saat itu.

Kita pun menjadi mafhum, bahwa jika buku ini berjudul Mencari Fatima . Maka yang dimaksud Karmi dengan nama itu bukan semata ibu asuhnya tersebut. Tapi juga negeri kelahirannya, tempat dimana ia menghembuskan nafas pertamanya. Apakah akhirnya Karmi menemukan ‘Fatima' yang dicarinya? Jawabannya ada pada buku ini. Selamat membaca!

Labels: